thefrancescaharperproject.org – Rahasia Bunglon Bisa Ganti Warna, Tapi Gak Ganti Watak! Bunglon emang jagoan kamuflase, tapi jangan salah sangka, dia bukan si tukang cari aman. Hewan ini bukan cuma ahli nyaru warna, tapi juga penyimpan teka-teki dari alam. Bayangin aja, kulit bisa berubah-ubah, tapi isi kepala tetap sama. Nah, dari sini mulai kelihatan serunya kupas soal bunglon makhluk yang kelihatan fleksibel, tapi sebenernya konsisten banget sama insting dan tujuannya.
Warna Kulit Bisa Ngibulin, Tapi Gak Bisa Bohongin Alam
Langkah bunglon emang pelan, tapi dia bukan pemalas. Gerakannya itu bagian dari gaya hidupnya. Karena itu, ketika warna kulitnya tiba-tiba berubah dari hijau daun ke coklat batang, bukan buat gaya-gayaan, tapi ada maksud tersembunyi. Entah itu biar ngilang dari radar musuh, atau biar dapet tempat bersantai tanpa gangguan. Tapi meski warna kulitnya gampang berubah, isi kepalanya tetap paten: bertahan dan diam sampai waktunya tepat.
Kalau kamu kira bunglon itu makhluk plin-plan, tunggu dulu. Karena dia justru sangat tahu kapan harus berubah dan kapan harus tetap. Di situ letak kecerdasannya. Bukan labil, tapi adaptif. Bukan gak punya prinsip, tapi tahu cara bertahan. Bisa dibilang, dia ahli menyatu tanpa harus kehilangan arah.
Ada Ilmu di Balik Warna yang Nari-Nari
Di balik keahliannya, ternyata ada struktur kulit yang unik banget. Bunglon punya lapisan kulit khusus yang terdiri dari sel nanokristal yang bisa memantulkan cahaya berbeda tergantung tekanan tubuh dan kondisi sekitar. Jadi, perubahan warna itu bukan sulap, melainkan kerja sama antara sistem tubuh dan lingkungan.
Uniknya, perubahan warna juga bisa nunjukin mood si bunglon. Lagi tenang, warnanya soft. Tapi kalau lagi keganggu atau ketemu saingan, bisa mendadak jadi terang atau gelap. Dari sini jelas banget kalau perubahan warnanya bukan hal asal-asalan. Semuanya punya alasan biologis dan emosional yang saling terhubung.
Tetap Bunglon, Gak Peduli Warna Apa yang Nempel
Meskipun bisa berubah jadi ‘makhluk lain’ secara visual, pada dasarnya dia tetap bunglon. Dia tetap hewan yang matanya bisa gerak sendiri-sendiri, tetap doyan berburu serangga dengan lidah yang super panjang, dan tetap suka nongkrong diam-diam di dahan. Jadi, jangan sampai keliru: warna boleh ganti, tapi tabiat tetap sama.
Inilah alasan kenapa banyak orang suka pakai istilah “bunglon” buat nyindir manusia yang berubah-ubah sikap. Tapi sayangnya, itu kurang tepat. Karena si bunglon justru punya tujuan jelas tiap kali berubah. Bukan buat cari muka, tapi demi bertahan hidup. Jadi kalau ada manusia yang berubah tergantung siapa lawannya, itu bukan bunglon… itu cuma gak punya pendirian.
Dari Alam Kita Belajar: Gak Semua Perubahan Itu Salah
Yang menarik, bunglon ngajarin satu hal penting berubah itu wajar, asalkan bukan buat tipu-tipu. Kalau perubahan bikin kita lebih aman, lebih dewasa, atau lebih ngerti situasi, kenapa harus ditolak? Tapi tetap, jangan lupakan esensi diri. Sama seperti bunglon yang tetap berburu serangga, walau tampilannya bisa berubah tiap menit.
Jadi, buat kamu yang suka dibilang berubah-ubah, coba deh bandingin sama bunglon. Apakah perubahan kamu punya alasan kuat kayak dia? Atau cuma ikut-ikutan suasana? Kalau alasanmu sekuat bunglon, berarti kamu bukan labil, tapi pintar bertahan. Tapi kalau cuma biar diterima, nah itu baru layak dipertanyakan.
Kesimpulan
Bunglon bukan cuma hewan unik dari segi warna, tapi juga dari segi pelajaran hidup yang dibawa. Dia menunjukkan kalau berubah itu gak berarti kehilangan arah. Justru perubahan bisa jadi kekuatan kalau tahu kapan dan kenapa harus dilakukan. Tapi di sisi lain, dia juga tetap pegang teguh apa yang jadi insting dan kebiasaannya.
Karena itu, jangan remehkan si bunglon. Di balik tampilan yang bisa gonta-ganti, dia tetap makhluk yang punya karakter jelas. Tidak lari dari masalah, tapi juga tidak cari ribut. Tidak menonjol, tapi selalu tahu posisi. Kalau manusia bisa belajar dari satu hewan yang tahu kapan berubah tapi tetap setia pada insting, bunglon jelas jadi kandidat utama.v